Jumat, 17 Agustus 2012

Tadinya Mau Beri Judul "Dari BAAK Turun ke Hati"

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakutuhu
Saya mau ucapkan, selamat pagi, siang, sore, malam. Yah, tergantung postingan ini mau dibaca kapan.

Ehem. Ahoy. Salam super sahabat MP yang baik /lho?

Jeoneun Ikvinia Nur Fatimah imnida *aseek, Korea-an euy*

Saya punya beberapa nick name; Ikvin, Nia, Ikvinia, bahkan Maria, maksudnya itu Maria Teguh, plesetan dari nama Om Mario Teguh. Terserah mau panggil apa, but, saya prefer dipanggil Ikvinia, mau tau alasannya? Klik link di bawah ini /eh? #dikeroyok

Jangan tanya itu kenapa judulnya begitu dan saya yakin gak ada yang bakal tanya. /lols



Oke, now, time for serious. /Ehem.

Semuanya jelas berawal dari bulan lalu, tepatnya tanggal 6 Juli 2012; pengumuman SNMPTN. Sebenarnya, saya sama sekali tak menyangka mampu berhasil lolos seleksi nasional itu, apalagi diterima di UNJ. O, man! Damn, how great! UNJ, Universitas yang kerap dielu-elukan di sekolah saya 3 dekade lalu. Dan saya bisa lolos uji untuk bertengger kurang lebih selama 4 tahun dalam naungan atap-atapnya. Saat itu, perasaan saya berkecamuk lantaran saya masuk dalam prodi yang tak terlalu saya kenal; Manajemen Pendidikan. Antara bangga dan kecewa karena saya tak bisa masuk di jurusan yang satu basic dengan ilmu yang saya pelajari selama 2 tahun terakhir. But, G-Dragon Big Bang mengatakan ini dalam sebuah clip lagunya, “Love, everything gonna be alright, yes or not? So, damn, why you cry? Itu yang menjadi motivasi saya, ha ha ha. Ini memang jalan yang dipilihkan-Nya. Saya bersyukur dan memilih untuk total dalam prodi ini.


Sampai pada hari ke dua, saya diberitahu bahwa saya harus lapor diri ke BAAK UNJ dengan tenggat waktu 3 hari, dari tanggal 12-16 Juli 2012—terhitung 3 hari karena tanggal 14 dan 15 libur weekend. Saya memutuskan untuk lapor diri tanggal 13 Juli, hari Jum’at, bersama dengan Mama yang dengan rela menangguhkan pekerjaannya di kantor dan bersiap dimarahi atasan, hanya demi anaknya yang menurutnya berharga. O, Mama.


Kami berangkat dari Cikande, Serang Timur, pada pukul 06.45am. Bus membawa kami yang tengah bersuka cita namun juga bingung, selama 1 jam. Akhirnya kami sampai di Kebon Jeruk, kemudian kembali menaiki bus jurusan Pulogadung. Sebenarnya, ini kali pertama kami mengunjungi kampus yang dielu-elukan itu, tapi, Alhamdulillah, sampai juga dalam waktu 3 jam. Pukul 9.50am kami sampai di depan kampus A UNJ, dan ini yang membuat saya kembali bersyukur, tak ada antrian yang membludak di loket FIP. Ya, akan tetapi, kami malah salah tempat karena ditunjukkan untuk antre di loket Fakultas Ekonomi. What The Fish! Sudah berapa tahun sebenarnya orang-orang berjas hijau itu belajar di sini? Masa’ belum paham Manajemen Pendidikan itu dalam limgkup fakulttas apa? Hrr~


Tanpa ba bi bu, Mama menarik saya untuk menghadap ke loket FIP. Tak lama, bahkan saya tak merasa berdiri di sana. Selesai laporan, kami lantas melangsir menuju Bank untuk menyelesaikan pembayaran. Mama saya kaget setengah hidup karena melihat biaya yang harus dibayar itu jauh dari bayangannya yang horor. Mama menargetkan akan membayar jauh lebih tinggi dari yang diwajibkan. Beliau tak henti bersyukur akan hal ini. Bahkan sampai saat ini masih tak percaya.

Pembayaran, done.


Kami pergi ke klinik UNJ untuk tes kesehatan dan rontgen toraks. Niatnya, semua akan kami selesaikan hari itu juga, “Biar ga bolak balik,” kata Mama. Namun, nyatanya sistem berbeda dari ekspektasi kami. Hasil rontgen toraks  baru bisa diambil sehari setelah tes.
Akhirnya, kami pulang dengan bangga,belum lega sepenuhnya, tapi paling tidak, saya sudah terdaftar sebagai mahasiswa baru Universitas Negeri Jakarta.
****


Senin, 16 Juli 2012, 08.55am, saya dan Papa sudah duduk-duduk menunggu klinik buka. Mama tidak bisa ikut mengantar lantaran banyak pekerjaan. Satu jam sudah saya menunggu di depan gedung FIP, belum juga dipanggil untuk mengambil hasil rontgen dan untuk tes kesehatan fisik. Kemudian suara bariton dengan logat Jawa yang kental melolong-lolong lewat speaker memberi pengumuman yang cukup membuat emosi jiwa membuncah. Diumumkan bahwa kami—yang antre untuk tes kesehatan—harus lebih sabar menunggu karena dokter kampus belum jua hadir lantaran sibuk mengurusi ribuan orang di tempat lain. O, how!


Beruntung, seseorang menghampiri saya dan mengajak berbincang, tak lama, datang lagi seorang ikut mengobrol. Yang kemudian saya ketahui bahwa mereka berada di satu fakultas yang sama bahkan satu prodi. How lucky.


30 menit sebelum waktu makan siang datang, dokter itu pun tiba dan lantas melayani beberapa dari kami yang menunggu. Dari sunrise hingga sunset¸ begitu ujar kenalan saya. Benar memang, kami menunggu hingga hampir waktunya BAAK tutup. Untungnya, nama saya dipanggil ketika jarum jam masih menunjukkan pukul 02.35pm. Tak banyak cakap, saya lantas melenggang ke dalam klinik demi mendapat giliran tes kesehatan fisik dan hasil rontgen.


Ada rasa was-was ketika saya sudah berada di dalam dan menunggu giliran. Bukan, bukan soal takut akan kesehatan saya, tapi, dokter itu dipersilahkan untuk makan dulu, baru setelahnya melayani kami. O, my. Saya capek kalau harus kembali lagi. Dan  jawaban dokter itu ternyata menggembirakan. Beliau menolak dan memilih menyelesaikan tugasnya dulu. O, betapa bijaknya.


Tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan semua urusan di klinik kampus. Setelahnya, saya melaju ke BAAK untuk menyerahkan seluruh persyaratan. Pukul 02.50pm semuanya selesai.


Saya dan Papa pulang dengan membawa kepuasan dan rasa lega. O, dari BAAK turun ke hati. ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar