Let’s Fight for
ATRIBUT
Sudah tahu saya ‘kan?
Oke, saya memang tak terkenal laiknya artis-artis ibukota yang berparas indah
atau atlet ternama dengan otot berbongkah-bongkah. Apalagi pemimpin yang
fenomenal. Dari itu, saya mau mengenalkan diri lagi.
Saya Ikvinia Nur
Fatimah, seorang mahasiswa baru angkatan 2012 yang beruntung bisa masuk di
jurusan Manajemen Pendidikan dalam naungan Universitas Negeri Jakarta. Panggil
saya dengan nama Ikvin atau Nia, tapi saya lebih senang dipanggil Ikvinia.
Terdengar cool.
Kali ini, saya hendak
berbagi ceritera mengenai penugasan MPA yang akan dibuka pada tanggal 27
Agustus dan berakhir pada 1 September 2012. Tugas-tugasnya tak terlalu sulit,
tapi cukup merepotkan bagi saya yang malas dan lebih memilih berdiam diri di
depan layar. Karena itulah ritual menonton saya saban sore dan malam harus
tersita demi mengumpulkan atribut yang ditugaskan.
Hal yang sangat
menyita pikiran dan tenaga saya adalah ketika harus mencari kemeja kuning yang
warnanya tak terlalu banyak dijual di pasaran. Beberapa hari saya mengelilingi
pasar induk di daerah saya. Bertanya sana-sini pada teman, dan terus mencari.
Sampai pada saat briefing MPA pada
tanggal 10 Agustus 2012, saya belum juga mendapatkan kemeja dengan warna yang
ditentukan. Saya hanya punya kemeja dengan warna yang mendekati, namun, saya
tetap belum puas meski Mama meyakinkan dengan kata- kata nema problema. Pada akhirnya, saya curhat colongan dengan sepupu
dan Bude mengenai penugasan. Oh, betapa terkejut sekaligus senang ketika Bude
memberitahu bahwa ia punya baju yang dimaksud. Yah, entah benar atau tidak soal
warna, saya tetap senang. Rasanya lega, beban yang selama ini mengganggu
pikiran telah sirna. Sekali lagi, saya mendapat pelajaran.
Masih ada beberapa
penggal cerita yang takkan saya lupakan. Salah satunya adalah ketika lapor diri
ke Fakultas dan Jurusan yang dibuka selama 5 hari sejak 23-27 Juli. Saya datang
pada hari pertama. Ketika itu, dengan rasa gengsi yang besar dan perasaan malu
menyapa juga bertanya sebesar gunung, saya datang dengan tanpa pengetahuan akan
hal ini. Beruntung saya memiliki kontak salah satu mentor yang dengan baik
hatinya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya via SMS. Setelah sekian lama duduk
di depan gedung FIP, saya dengan berani—tepatnya sok berani—menaiki ceruk-ceruk tangga yang membawa saya ke lantai
3, tempat dimana stand-stand untuk lapor diri dibuka. Sayangnya, saya tak
lantas duduk manis mendengarkan arahan dari mentor di stand fakultas, saya
malah duduk seorang diri di ceruk tangga, sampai sebuah rombongan mahasiswa
baru datang penuh keyakinan, mereka jelas memiliki tujuan yang sama seperti
saya. Tak banyak berpikir, saya ikut dengan rombongan itu menuju stand
fakultas. Beruntung, seorang mentor menanyai saya berada di jurusan mana hingga
jawaban saya yang mantap itu terdengar oleh seorang teman yang ternyata satu
jurusan. Dari sanalah saya memiliki teman untuk menyelesaikan penugasan.
Mentor fakultas
memberikan saya sebuah buklet yang berisi ketentuan-ketentuan penugasan MPA dan
mengomandoi kami—para MABA—untuk meminta cap dari stand-stand organisasi yang
ada di sana. Stand pertama yang saya dan teman saya kunjungi adalah stand
religi, karena saya seorang muslimah, maka saya mendatangi stand Tarbawi.
Dengan berbekal ilmu agama dan bacaan Al-Qur’an seadanya, saya mengikuti tes
wajib membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang diawasi oleh seorang mentor setelah
sebelumnya diwawancarai oleh mentor lain.
Selesai dengan
Tarbawi, saya pergi ke stand jurusan Manajemen Pendidikan. Saya diwawancara
oleh mentor yg belakangan ini saya tahu namanya adalah Listiawati. Setelahnya,
saya diberi arahan dalam penugasan oleh mentor cantik bernama Gelar Gelora
Mestika. Dari sanalah saya mendatangi stand-stand organisasi.
Saya bersyukur karena
hari itu tugas berjalan lancar. Sungguh ramah.
Di lain kesempatan,
saya dan teman-teman kembali datang ke kampus untuk meminta tanda tangan para
mentor sesuai dengan penugasannya. Kala itu, saya dan teman-teman keluar masuk
ruang HIMA MP demi memenuhi penugasan. Beruntung semua teman sejurusan ramah
dan mau bekerja sama, pun dengan mentor-mentornya. Tak banyak kendala. Meski
awalnya saya agak kesal saat meminta tanda tangan para pejabat TDK. Ketika itu,
saya berpikir mereka sungguh sok perfeksionis
dengan memeriksa segala literatur yang ada dalam binder secara detil. Memang, saya tak tahu apa arti sebenarnya dari
TDK itu. Dan ketika saya tahu arti dari TDK, saya paham mengapa mereka
melakukan semua itu. Saya jadi malu sendiri karena telah menggerutu.
Kekaguman saya muncul
begitu hebatnya pada para mentor ketika briefing
tiba. Baru terpikir oleh saya bahwa kalimat yang sering disuarakan di panggung
pertemuan bahwa para mentor jauh lebih lelah dari kami para mahasiswa baru.
Saya hampir menangis ketika mengingat betapa supernya kerja para mentor hanya
untuk menyambut kami yang bahkan tak mereka ketahui perangai buruk kami
masing-masing. Saya merasa bahwa mereka begitu ikhlas untuk berlelah ria,
bahkan membangun sebuah departemen yang khusus untuk mengelola acara Masa
Pengenalan Akademik untuk kami.
Acara briefing sunnguh luar biasa. Dalam
segala hal! Saya paling kesal ketika harus duduk berhimpitan dengan seluruh
mahasiswa baru dari satu fakultas di gedung perpustakaan. O, betapa panas dan
pegalnya. Namun, di saat itu juga yang membuat saya merasa telah menjadi
seorang mahasiswa lewat lagu Totalitas Perjuangan yang dilantunkan seluruh
mahasiswa dalam gedung perpustakaan tempat kami berkumpul. Jargon, yel-yel, dan
mars universitas, membuat dada saya bergetar ketika menyenandungkan dan diperdengarkan
senandungnya. Rasanya ingin saya berteriak di atas langit untuk mengumumkan
bahwa kami, para mahasiswa siap membawa perubahan untuk dunia!
Pukul 11 lebih
beberapa menit, kami dipandu untuk mendatangi ruang briefing jurusan. Saya sangat senang untuk bagian ini, karena lebih
sedikit orang yang berada dalam ruangan. Apalagi jurusan Manajemen Pendidikan
terkenal memiliki sedikit mahasiswa. Saya paling suka ketika seorang steering comitte sekaligus pemimpin
pelaksanaan MPA, Pradipta Hendrawan, berbicara di panggung kelas. Ia
mengatakan, “Jurusan Manajemen Pendidikan memang tak memiliki banyak mahasiswa
karena tak banyak orang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin.”
Berkat kalimatnya,
tiba-tiba saja saya menjadi berbangga hati dan senang tak kepalang. Terlebih
ketika kami melantunkan lagi lagu Totalitas Perjuangan. Saya suka saat kami
harus menyanyikan yel-yel untuk dilombakan saat pembukaan MPA nanti dan jargon
Manajemen Pendidikan. Tak lepas juga kami disuruh menghafal mars dan himne
jurusan kami. Sayangnya, dari semua yang harus dihafal, saya hanya mampu
menyenandungkan lagu Totalitas Perjuangan, yel-yel MP untuk MPA nanti, juga
himne MP. Yang lainnya saya lupa nada dan tempo.
Briefing MPA saja saya sudah mendapat banyak
pelajaran.
Ah, rasanya tak sabar
menunggu pembukaan MPA dan mengikutinya dengan total hingga penutupan. Semoga
saya dan semua mahasiswa baru yang disambut baik ini mampu dan kuat menngikuti
rangkaian acara yang disiapkan para mentor yang superb!
HIDUP MAHASIWA! HIDUP
RAKYAT INDONESIA!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar