Selasa, 21 Agustus 2012

Let's Fight for ATRIBUT!

Let’s Fight for ATRIBUT


Sudah tahu saya ‘kan? Oke, saya memang tak terkenal laiknya artis-artis ibukota yang berparas indah atau atlet ternama dengan otot berbongkah-bongkah. Apalagi pemimpin yang fenomenal. Dari itu, saya mau mengenalkan diri lagi.
Saya Ikvinia Nur Fatimah, seorang mahasiswa baru angkatan 2012 yang beruntung bisa masuk di jurusan Manajemen Pendidikan dalam naungan Universitas Negeri Jakarta. Panggil saya dengan nama Ikvin atau Nia, tapi saya lebih senang dipanggil Ikvinia. Terdengar cool.


Kali ini, saya hendak berbagi ceritera mengenai penugasan MPA yang akan dibuka pada tanggal 27 Agustus dan berakhir pada 1 September 2012. Tugas-tugasnya tak terlalu sulit, tapi cukup merepotkan bagi saya yang malas dan lebih memilih berdiam diri di depan layar. Karena itulah ritual menonton saya saban sore dan malam harus tersita demi mengumpulkan atribut yang ditugaskan.


Hal yang sangat menyita pikiran dan tenaga saya adalah ketika harus mencari kemeja kuning yang warnanya tak terlalu banyak dijual di pasaran. Beberapa hari saya mengelilingi pasar induk di daerah saya. Bertanya sana-sini pada teman, dan terus mencari. Sampai pada saat briefing MPA pada tanggal 10 Agustus 2012, saya belum juga mendapatkan kemeja dengan warna yang ditentukan. Saya hanya punya kemeja dengan warna yang mendekati, namun, saya tetap belum puas meski Mama meyakinkan dengan kata- kata nema problema. Pada akhirnya, saya curhat colongan dengan sepupu dan Bude mengenai penugasan. Oh, betapa terkejut sekaligus senang ketika Bude memberitahu bahwa ia punya baju yang dimaksud. Yah, entah benar atau tidak soal warna, saya tetap senang. Rasanya lega, beban yang selama ini mengganggu pikiran telah sirna. Sekali lagi, saya mendapat pelajaran.


Masih ada beberapa penggal cerita yang takkan saya lupakan. Salah satunya adalah ketika lapor diri ke Fakultas dan Jurusan yang dibuka selama 5 hari sejak 23-27 Juli. Saya datang pada hari pertama. Ketika itu, dengan rasa gengsi yang besar dan perasaan malu menyapa juga bertanya sebesar gunung, saya datang dengan tanpa pengetahuan akan hal ini. Beruntung saya memiliki kontak salah satu mentor yang dengan baik hatinya menjawab pertanyaan-pertanyaan saya via SMS. Setelah sekian lama duduk di depan gedung FIP, saya dengan berani—tepatnya sok berani—menaiki ceruk-ceruk tangga yang membawa saya ke lantai 3, tempat dimana stand-stand untuk lapor diri dibuka. Sayangnya, saya tak lantas duduk manis mendengarkan arahan dari mentor di stand fakultas, saya malah duduk seorang diri di ceruk tangga, sampai sebuah rombongan mahasiswa baru datang penuh keyakinan, mereka jelas memiliki tujuan yang sama seperti saya. Tak banyak berpikir, saya ikut dengan rombongan itu menuju stand fakultas. Beruntung, seorang mentor menanyai saya berada di jurusan mana hingga jawaban saya yang mantap itu terdengar oleh seorang teman yang ternyata satu jurusan. Dari sanalah saya memiliki teman untuk menyelesaikan penugasan.


Mentor fakultas memberikan saya sebuah buklet yang berisi ketentuan-ketentuan penugasan MPA dan mengomandoi kami—para MABA—untuk meminta cap dari stand-stand organisasi yang ada di sana. Stand pertama yang saya dan teman saya kunjungi adalah stand religi, karena saya seorang muslimah, maka saya mendatangi stand Tarbawi. Dengan berbekal ilmu agama dan bacaan Al-Qur’an seadanya, saya mengikuti tes wajib membaca beberapa ayat Al-Qur’an yang diawasi oleh seorang mentor setelah sebelumnya diwawancarai oleh mentor lain.


Selesai dengan Tarbawi, saya pergi ke stand jurusan Manajemen Pendidikan. Saya diwawancara oleh mentor yg belakangan ini saya tahu namanya adalah Listiawati. Setelahnya, saya diberi arahan dalam penugasan oleh mentor cantik bernama Gelar Gelora Mestika. Dari sanalah saya mendatangi stand-stand organisasi.
Saya bersyukur karena hari itu tugas berjalan lancar. Sungguh ramah.


Di lain kesempatan, saya dan teman-teman kembali datang ke kampus untuk meminta tanda tangan para mentor sesuai dengan penugasannya. Kala itu, saya dan teman-teman keluar masuk ruang HIMA MP demi memenuhi penugasan. Beruntung semua teman sejurusan ramah dan mau bekerja sama, pun dengan mentor-mentornya. Tak banyak kendala. Meski awalnya saya agak kesal saat meminta tanda tangan para pejabat TDK. Ketika itu, saya berpikir mereka sungguh sok perfeksionis dengan memeriksa segala literatur yang ada dalam binder secara detil. Memang, saya tak tahu apa arti sebenarnya dari TDK itu. Dan ketika saya tahu arti dari TDK, saya paham mengapa mereka melakukan semua itu. Saya jadi malu sendiri karena telah menggerutu.


Kekaguman saya muncul begitu hebatnya pada para mentor ketika briefing tiba. Baru terpikir oleh saya bahwa kalimat yang sering disuarakan di panggung pertemuan bahwa para mentor jauh lebih lelah dari kami para mahasiswa baru. Saya hampir menangis ketika mengingat betapa supernya kerja para mentor hanya untuk menyambut kami yang bahkan tak mereka ketahui perangai buruk kami masing-masing. Saya merasa bahwa mereka begitu ikhlas untuk berlelah ria, bahkan membangun sebuah departemen yang khusus untuk mengelola acara Masa Pengenalan Akademik untuk kami.


Acara briefing sunnguh luar biasa. Dalam segala hal! Saya paling kesal ketika harus duduk berhimpitan dengan seluruh mahasiswa baru dari satu fakultas di gedung perpustakaan. O, betapa panas dan pegalnya. Namun, di saat itu juga yang membuat saya merasa telah menjadi seorang mahasiswa lewat lagu Totalitas Perjuangan yang dilantunkan seluruh mahasiswa dalam gedung perpustakaan tempat kami berkumpul. Jargon, yel-yel, dan mars universitas, membuat dada saya bergetar ketika menyenandungkan dan diperdengarkan senandungnya. Rasanya ingin saya berteriak di atas langit untuk mengumumkan bahwa kami, para mahasiswa siap membawa perubahan untuk dunia!


Pukul 11 lebih beberapa menit, kami dipandu untuk mendatangi ruang briefing jurusan. Saya sangat senang untuk bagian ini, karena lebih sedikit orang yang berada dalam ruangan. Apalagi jurusan Manajemen Pendidikan terkenal memiliki sedikit mahasiswa. Saya paling suka ketika seorang steering comitte sekaligus pemimpin pelaksanaan MPA, Pradipta Hendrawan, berbicara di panggung kelas. Ia mengatakan, “Jurusan Manajemen Pendidikan memang tak memiliki banyak mahasiswa karena tak banyak orang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin.”


Berkat kalimatnya, tiba-tiba saja saya menjadi berbangga hati dan senang tak kepalang. Terlebih ketika kami melantunkan lagi lagu Totalitas Perjuangan. Saya suka saat kami harus menyanyikan yel-yel untuk dilombakan saat pembukaan MPA nanti dan jargon Manajemen Pendidikan. Tak lepas juga kami disuruh menghafal mars dan himne jurusan kami. Sayangnya, dari semua yang harus dihafal, saya hanya mampu menyenandungkan lagu Totalitas Perjuangan, yel-yel MP untuk MPA nanti, juga himne MP. Yang lainnya saya lupa nada dan tempo.


Briefing MPA saja saya sudah mendapat banyak pelajaran.
Ah, rasanya tak sabar menunggu pembukaan MPA dan mengikutinya dengan total hingga penutupan. Semoga saya dan semua mahasiswa baru yang disambut baik ini mampu dan kuat menngikuti rangkaian acara yang disiapkan para mentor yang superb!


HIDUP MAHASIWA! HIDUP RAKYAT INDONESIA!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar